Postingan

REVIEW : WAITING FOR THE BARBARIANS

Gambar
  “Pain is truth, that is how you get it.” Waiting for the Barbarians  memiliki sederet amunisi yang memungkinkannya untuk menjelma sebagai sajian mengikat berkualitas tinggi: materi sumbernya adalah novel pemenang penghargaan, sang penulis novel diganjar penghargaan Nobel di tahun 2003 untuk kategori sastra, sutradara yang menangani adaptasinya telah menghantarkan film sebelumnya untuk berkompetisi di Oscar, dan jajaran pemainnya pun memiliki ikatan kuat dengan piala pria telanjang berlapis emas tersebut. Mudahnya, apa yang mungkin salah? Terlebih lagi, topik pembicaraan yang diajukan oleh  Waiting for the Barbarians  juga terasa relevan dan universal untuk berbagai zaman maupun kebudayaan lantaran mempergunjingkan soal tabiat asli manusia dalam menyikapi persoalan. Melalui film – serta tentunya versi novel yang ditulis oleh J. M. Coetzee dari Afrika Selatan – persoalan tersebut diwujudkan sebagai peperangan. Bukan peperangan yang dipantik oleh gesekan-gesekan atau ...